BERITAPELABUHAN.COM – Jelang lebaran, Pemerintah Kabupaten Gresik menerima kunjungan kerja dari Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Pendopo Kabupaten Gresik (06/04).
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka koordinasi sekaligus diskusi terkait Rumah Terdampak Gempa di Kepulauan Bawean. Tampak hadir mendampingi Bupati, Sekretaris Daerah Kabupaten Gresik Achmad Washil Miftahul Rachman, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Misbahul Munir Sekda, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Suprapto, Kepala Dinas Cipta Karya, Perumahan, dan Kawasan Pemukiman Kabupaten Gresik Ida serta beberapa Kepala Dinas dan Camat.
Kegiatan ini juga di ikuti oleh Dirjen Perumahan, Bp Iwan Suprijanto, Kasatker Balai P2P Jawa IV Bapak Aditya Vico Vignata, Kasubag TU BP2P Jawa 4 Bapak Ali Murtadho, PPK Swadaya RUK Balai P2P Jawa 4 Bapak Indro.
Dalam paparannya, Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani menyampaikan kondisi gempa yang terjadi di Pulau Bawean saat ini juga pernah terjadi pada puluhan tahun lalu.
“Gempa ini belum pernah terjadi di Bawean, namun BMKG menceritakan bahwa sekitar 70 tahun lalu Pulau Bawean pernah mengalami kondisi gempa. Kami merasa prihatin, semoga dengan diskusi ini dapat menemukan titik terang dan dapat membantu rehabilitasi pasca gempa di Kepulauan Bawean” pungkasnya.
Achmad Washil, dalam kesempatan ini memberikan paparan terkait Rumah Dampak Bencana Bawean. Dijelaskan bahwa gempa terjadi hingga 450 kali. Adapun permasalahan utama yang dihadapi di Pulau Bawean ini antara lain kondisi bangunan hunian yang mengalami rusak ringan, sedang dan rusak berat. Kondisi dan psikologi masyarakat yang masih ketakutan apabila terdapat gempa kembali.
“Banyak masyarakat Bawean yang saat ini takut masuk rumah karena terjadi gempa terutama di malam hari. Hal ini menyebabkan masyarakat Bawean merasa khawatir jika terjadi gempa yang cukup tinggi ditambah dengan kondisi bangunan di Bawean tidak tahan gempa” ungkapnya.
Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR, Iwan Suprijanto memberikan contoh dalam mengatasi Bencana Erupsi Gunung Semeru dengan melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak.
“Gresik ini perlu menginisiasi kolaborasi dengan perusahaan di sekitar Gresik serta civitas akademika untuk mengatasi gempa di Pulau Bawean. Membuat master plan dan disusun skala prioritas dan membentuk tim yang intensif untuk berkoordinasi dilapangan” ujarnya.
Adapun saran dan masukan yang diberikan oleh Dirjen Perumahan Kementrian PUPR meliputi:
1. Perlu melakukan sosialisasi apabila terjadi gempa kepada masyarakat Bawean bersama dengan BPBD.
2. Perlu melakukan gerak cepat dan membentuk tim khusus (satgas) dalam mengatasi gempa.
3. Perlu memberikan stempel pada setiap rumah yang terdampak gempa seperti rumah rusak ringan, rumah rusak sedang, rumah rusak berat. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi dan himbauan kepada masyarakat Bawean.
4. Memberikan stimulan dan trauma healing kepada anak kecil dengan membentuk kelompok tertentu dengan menggunakan metode metode yang ada seperti lagu”kalau ada gempa lindungi kepala, kalau ada gempa sembunyi di bawah meja”.
5. Melakukan kolaborasi baik dengan perusahaan atau perguruan tinggi untuk menjadi fasilitator pendamping perbaikan rumah yang rusak dalam mengatasi gempa dan merancang pembangunan rumah untuk masyarakat yang terdampak gempa. (har)