Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, solusi mengatasi banjir akibat luapan Kali Lamong di sebagian wilayah Mojokerto dan Gresik adalah dibangun tanggul. Dengan pembangunan tanggul di hulu Kali Lamong maka daya tampung airnya akan semakin besar. Sehingga, efeknya kebeberapa daerah terdampak seperti di Mojokerto, Gresik ataupun Lamongan bisa dikurangi.
“Ketika intensitas hujan tinggi di Kali Lamong sekitar 2 jam saja, maka air akan meluap ke beberapa daerah lainnya. Karenanya, harus ada solusi strategis jangka panjang salah satunya dengan membuat tanggul di Kali Lamong,” ungkap Gubernur Khofifah saat melakukan inspeksi mendadak (Sidak) Rabu (8/1).
Dampak luapan Kali Lamong membikin masyarakat yang bermukim di pinggiran Sungai tersebut semakin menderita. Itu sebabnya Gubernur Khofifah yang baru mendarat di Juanda sepulang dari umroh sejak 29 Desember 2019 itu, Rabu (8/1-2020) langsung melakukan rapat koordinasi dengan organisasi perangkat daearah (OPD) di VIP Room Juanda. dilanjutkan sidak ke lokasi dan bertemu para korban banjir.
Dua tempat yang dikunjungi Khofifah, yakni Desa Banyulegi, Kec. Dawarblandong, Kab. Mojokerto dan Desa Gurung Anyar, Kec.Cerme Gresik. Gubernur Khofifah disambut antusias warga yang meginginkan daerah bisa bebas dari banjir. Saat dikunjungi, di Dawar Blandong airnya sudah surut, sedangkan di Gurung Anyar, Cerme air masih menggenangi Perumahan Prisma Land hingga perumahan tersebut ditinggal penghuninya.
Suwarto, salah seorang petugas lapangan Dawar Blandong mengaku, banjir ini sudah rutin setiap tahun karena tingginya curah hujan dan kiriman dari Jombang Mojokerto. Tahun ini sebenarnya tidak separah tahun lalu, sampai memakan korban.
Banjir tersebut, menurutnya dipicu oleh semakin menyempitnya sungai yang berada dibawahnya yakni memasuki wilayah Gresik akibat ulah tangan tangan jahil. Kanan kiri sungai sudah banyak patok patok, banyak tanaman dan kaplingan. Lokasinya kalau dari sini hanya sekitar 2,5 km sampai 3 km.
Saya tidak tau oknum oknum yang jahil itu. Tapi dampaknya pada masyarakat disini. tandas Suwarno. Ditambahkan pula bahwa, kalau sungai dibawahnya itu dilebarkan lagi kondisinya tidak seperti sekarang. Lebarnya kali sekarang tingga 4 meter.
“Banjir diakuinya sudah biasa terjadi akibat luapan sungai. Tapi kalau air itu mengalir dengan lancar, tidak tersumbat karena ulah manusia. Apalagi mau merawat tentu tidak separah tahun tahun terakhir. Karena luapan itu dampaknya pada penduduk di sini. Mudah mudahan kehadiran gubernur bisa teratasi,” ucapnya.
Beda lagi dengan banjir di Cerme Gresik. Banjir yang menenggelamkan perumahan Prisma Land lebih karena posisi perumahan itu memang di bawah ketinggian jalan. Sejak dulu sebelum perumahan dibangun memang sudah tempatnya air. Anehnya ada pengembang yang membangun perumahan disitu, otomatis begitu hujan seperti sekarang ya tenggelam.
Adi mengatakan Perumahan Prisma Land mulai dihuni setahun terakhir. Di situ terdapat 72 KK. Sedangkan jumlah rumah yang terdampak banjir totalnya 300 rumah. Sebenarnya pembangunan perumahan Prisma Land sudah melibatkan BPBD setempat dan sejak awal sudah diingatkan bahwa lokasi itu adalah kantong air. ucapnya.
Saat ini semua penghuni sudah pada mengungsi ke keluarga diluar perumahan. Sedangkan yang tidak ada keluarga mengungsi di rumah RT/RW atau di tampung di warga yang merasa iba. (har)