Sebagai upaya regenerasi petani dan dukungan terhadap sektor agroindustri di Indonesia,
PT Petrokimia Gresik (PG), anak usaha PT Pupuk Indonesia (Persero), menggelar Jambore Petani Muda II di Gresik selama 3 hari (19-21 Juli 2018). Berbeda dengan tahun sebelumnya, peserta jambore pada tahun ini terdiri dari 42 pelajar dan 21 guru pendamping (total 63 peserta) dari 21 SMK Pertanian di berbagai daerah.
Direktur Utama PG Nugroho Christijanto menyatakan bahwa perusahaan memiliki komitmen dan arah kebijakan yang berorientasi pada agroindustri dan pertanian masa depan. Keberhasilan sektor agroindustri dan pertanian Indonesia pada umumnya sangat bergantung pada peran generasi muda Indonesia.
Salah satu upaya PG untuk mendorong regenerasi petani adalah melalui Jambore Petani Muda. Jambore ini merupakan kelanjutan dari jambore nasional Pelatihan Anak Tani Remaja (PATRA) yang pertamakali digelar pada tahun 2014, sebelum akhirnya berganti nama menjadi Jambore Petani Muda pada tahun 2017 (pada tahun 2016 tidak ada jambore petani muda, hanya kegiatan Sarasehan Petani, namun masih dengan tema regenerasi petani).
“Dalam beberapa tahun terakhir, kami selalu mengumpulkan dan menggelar jambore petani muda dengan mengusung tema regenerasi petani. Isu ini kami pandang sangat relevan dengan kondisi saat ini dan perlu menjadi perhatian serius oleh seluruh pihak terkait,” ujar Nugroho.
Berdasarkan data Sensus Pertanian 2013, lanjut Nugroho, jumlah rumah tangga petani turun 20% dari 79,5 juta menjadi 63,6 juta, atau turun 15,6 juta rumah tangga. Hal ini kemudian diperparah lagi dengan kondisi bahwa 61% petani Indonesia telah berusia lebih dari 45 tahun.
Beberapa faktor yang menyebabkan pertanian tak menarik bagi generasi muda adalah karena tingkat pendapatan yang rendah. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), rata-rata pendapatan rumah tangga petani hanya Rp14 juta/tahun. Hal ini diantaranya disebabkan oleh panjangnya rantai tata niaga pertanian, rendahnya tingkat pendidikan, serta faktor usia yang menyebabkan rendahnya pemanfaatan teknologi pertanian.
Nugroho berpendapat bahwa selain upaya untuk meningkatkan akses dan kepemilikan lahan, pemanfaatan sarana dan prasarana, serta kepastian pendapatan dan kebijakan harga yang baik untuk kesejahteraan petani, hal lain yang tak kalah penting adalah merangsang minat generasi muda untuk mau terjun dan berprofesi sebagai petani sukses.
Adapun alasan mengapa jambore pada tahun ini mengundang pelajar adalah bahwa Indonesia saat ini memiliki 977 SMK Pertanian. Mereka tentunya menyimpan potensi besar untuk menjadi penerus dan penggerak pertanian di masa akan datang.
“Karena memang tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan inspirasi sedini mungkin kepada generasi muda bahwa sektor pertanian adalah sektor yang sangat prospektif dan tak kalah menarik dengan sektor lainnya,” ujar Nugroho.
Program Jambore Petani Muda II diawali dengan menyelenggarakan Kelas Inspirasi Petani Muda di 69 SMK Pertanian dari berbagai daerah pada bulan Mei s.d Juni 2018. Dalam program
ini, PG mendatangkan alumni Jambore Petani Muda I 2017 setempat yang telah sukses di bidang pertanian. Tujuannya adalah untuk menceritakan kisah sukses, bertukar pengalaman, serta berbagi inspirasi.
“Sejumlah alumni Jambore Petani Muda I saat ini telah menjadi key farmer di daerahnya masing-masing. Kami berharap alumni Jambore Petani Muda II juga bisa melakukan hal yang sama, yaitu menjadi pemecah masalah di daerahnya,” ujar Nugroho.
Selanjutnya, setiap sekolah diminta untuk memilih dan mengirimkan satu makalah dari tiga kategori, yaitu Inovasi Teknologi Budaya, Teknologi Paska Panen, dan Bisnis Bidang Pertanian. Dari 130 makalah yang masuk, dewan juri memilih 21 makalah terbaik dari 21 SMK Pertanian.
Peserta dengan makalah terbaik selanjutnya diundang untuk mempresentasikan makalahnya pada Jambore Petani Muda II di Gresik. Mereka berasal dari Jawa Timur (6 SMK), Jawa Tengah dan DI Yogyakarta (5 SMK), Jawa Barat dan Banten (3 SMK), Sumatera (3 SMK), Kalimantan (2 SMK), NTB (1 SMK), dan NTT (1 SMK).
Dengan mengusung tema “Memotivasi dan Berinovasi”, Jambore Petani Muda II mencoba untuk menyampaikan pesan kepada seluruh generasi muda di Indonesia untuk terus belajar dan berinovasi agar mereka dapat menjadi insan yang bisa memberikan solusi bagi sektor pertanian dan agroindustri Indonesia di masa depan.
Untuk membakar semangat peserta, PG menghadirkan narasumber sukses dan inspiratif sekaligus menjadi dewan juri pada tahap presentasi makalah inovasi. Narasumber merupakan akademisi dan praktisi di bidang pertanian yang memiliki jam terbang cukup tinggi di level nasional dan internasional.
Mereka adalah Prof. Umar Santoso, MS (Guru Besar Departemen Teknologi Pangan & Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian UGM), Dr. Ir. Sugiyanta, M. Si (Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB), Irsan Rajamin (CEO Habibi Garden), dan Shofyan Adi Cahyono (owner Sayuran Organik Merbabu).
Nugroho berharap melalui kegiatan ini, PG dapat melahirkan sosok petani muda tangguh dan sukses yang mampu meningkatkan produktivitas pertanian dan menginspirasi generasi muda lainnya untuk mau menekuni sektor pertanian.
“Kegiatan ini merupakan bentuk nyata bahwa Petrokimia Gresik, sebagai produsen pupuk terlengkap di Indonesia, tidak sekedar memproduksi pupuk saja melainkan dapat memberi solusi terhadap sektor pertanian dan agroindustri pada umumnya,” tutup Nugroho. (Har)